Sunday, November 16, 2014

Perhitungan Biaya Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada 1968, George Best, European Footballer of the Year termuda dan pemenang the European Cup bersama Manchester United pada tahun yang sama, memperoleh 150 pound Inggris per minggu atau sekitar 293 dolar AS. Pada yang sama, George Best dianggap sebagai bintang dan orang yang berpenghasilan baik jika dibandingkan dengan pemain – pemain sepak bola profesonal sesamanya.
Kini, pemain bola rata – rata di Liga Premier Inggris memperoleh pendapatan jauh lebih banyak daripada yang diperoleh George Best pada 1968. Ryan Giggs, yang sekarang ini merupakan pemain yang paling lama bermain di Manchester United dan yang juga memenangkan the European Cup bersama MU pada 1999, memperoleh pendapatan sebesar 75.000 pound (US$38.462) pada 2004 atau 131 kali lebih banyak dari yang diperoleh George Best pada 1968. Pada awalnya, fakta ini mungkin membuat kita berfikir bahwa sepak bola telah menjadi semakin menguntungkan selama empat decade terakhir. Namun, sebagaimana yang diketahui oleh semua orang, harga – harga barang dan jasa juga telah naik selama ini. Pada 1968, harga karcis minimum untuk menonton tim kesayangan kita di Liga Sepak Bola Inggris kira – kira sebesar satu dolar AS. Untuk menonton Manchester United, kita sekarang harus membayar antara 59 dan 98 dolar AS. Karena harga – harga jauh lebih rendah pada era George Best daripada harga – harga pada masa kita sekarang, tidaklah jelas apakah George Best mengalami standar hidup yang lebih tinggi ataukah lebih rendah dibandingkan dengan pemain – pemain bola hari ini.
Sebelumnya, kita telah melihat bagaimana pakar ekonomi menggunakan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product—GNP) untuk mengukur jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh perekonomIan. Pada bab ini pakar ekonomi mengkaji bagaimana mengukur keseluruhan biaya hidup. Untuk membandingkan upah George Best sebesar US$975 dengan upah – upah yang diterima pada masa sekarang ini, kita perlu mencari semacam cara untuk menjadikan angka – angka ini menjadi ukuran daya beli yang bermakna. Ini adalah pekerjaan ahli statistic yang disebut dengan indeks harga konsumsi(IHK – consumer price index, [CPI’]). Setelah melihat bagaimana indeks harga konsumen dibentuk, kita akan membahas bagaimana kita dapat menggunakan indeks harga ini untuk membandingkan angka dolar dari masa – masa waktu yang berbeda.
Indeks harga konsumen digunakan untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu. Ketika indeks harga konsumen naik, keluarga biasa harus menghabiskan pengeluaran yang lebih banyak untuk menjaga standar hidup yang sama. Pakar ekonomi menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan istilah  situasi saat tingkat harga perekonomian secara keseluruhan meningkat. Laju inflasi adalah perubahan persentase pada tingkat harga dari periode sebelumnya.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian dari Indeks Harga Konsumen ?
b.      Bagaimana masalah – masalah dalam perhitungan biaya hidup ?
c.       Bagaimana perbedaan deflator PDB versus Indeks Hrga Konsumsi ?
d.      Bagaimana nilai uang dari waktu ke waktu ?
e.       Apa pengertian dari indeksasi ?
f.       Apa perbedaan dari bunga nominal dan bunga riil ?
C.     Tujuan
a.       Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori Ekonomi, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuaan, Universitas Sebelas Maret.
b.      Untuk menegtahui pengertian dari Indeks Harga Konsumen
c.       Untuk mengetahui masalah – masalah dalam perhitungan biaya hidup
d.      Untuk mengetahui perbedaan deflator PDB versus Indeks Hrga Konsumsi
e.       Untuk mengetahui nilai uang dari waktu ke waktu
f.       Untuk mengetahui pengertian dari indeksasi
g.      Untuk mengetahui perbedaan dari bunga nominal dan bunga riil


BAB II
ISI

A.    Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK – consumer price index [CPI]) adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen. Ahli statistik pemerintah secara rutin menghitung dabn melaporkan indeks harga konsumen. Pada bagian ini, kita akan membahas begaimana indeks harga konsumen dihitung dan permasalahan – permasalahan apa yang muncul dalam pengukurannya.
Bagaimana Menghitung Indeks Harga Konsumen
Ketika menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi, Departemen Statistika menggunakan data tentang harga - harga barang dan jasa. Untuk melihat dengan tepat bagaimana statistika ini dibangun, kita lihat sebuah ekonomi sederhana dimana konsumen hanya membeli dua barang – soto dan mie ayam. Dolar AS digunakan untuk membandingkan harga.
1.      Tentukan isi  keranjangnya, Langkah pertama dalam menghitung indeks harga konsumen adalah menentukan harga – harga mana yang paling penting bagi konsumen tertentu. Jika konsumen tersebut membeli lebih banyak soto daripada mie ayam maka harga soto lebih lebih penting daripada harga mie ayam, sehingga harus diberikan bobot dalam biaya hidup.
2.      Tentukan harga – harganya. Langkah kedua dalam menghitung indeks harga konsumen adalah menemukan harga setiap harga barang dan jasa dalam keranjang untuk setiap masa waktu.
3.      Menghitung harga seluruh isi keranjang, Langkah ketiga adalah menggunakan data harga – harga untuk menghitung jumlah harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu.
4.      Memilih tahun basis dan menghitung indeksnya. Langkah keempat adalah memilih satu tahun sebagai tahun basis yang merupakan tolak ukur yang menjadi bandingan tahun – tahun lainnya. Untuk menghitung indeksnya, harga keranjang barang dan jasa untuk setiap tahun dibagi dengan harga keranjang pada tahun basis. Perbandingan ini kemudian dikalikan 100. Angka hasilnya adalah indeks harga konsumen.
5.      Menghitung laju inflasi. Langkah keliama dan langkah terakhir adalah menggunakan indeks harga konsumen untuk menhitung laju inflasi (inflation rate) yang merupakan perubahan persentase pada indeks harga dari periode sebelumnya, yaitu laju inflasi antara dua tahun yang berurutan dihitung sebagai berikut :

Laju inflasi pada tahun ke 2 =  x 100
Tabel ini menunjukkan bagaimana dalam menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi untuk perekonomian dimana konsumen hanya membeli soto dan mie ayam

Langkah 1 : Menyurvei Konsumen untuk Menentukan Keranjang Tetap Harga
5 Soto, 3 Mie Ayam
Langkah 2 : Mnecari Harga Setiap Barang pada Setiap Tahun
Tahun                                Harga Soto                         Harga Mie Ayam
2011                                       1                                              2
2012                                       2                                              3
2013                                       3                                              4
Langkah 3 : Menghitung Biaya Keranjang Barang pada Setiap Tahun
2011   ($1 porsi soto x 5 porsi soto) + ($2 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) = $11
2012   ($2 porsi soto x 5 porsi soto) + ($3 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) = $19
2013   ($3 porsi soto x 5 porsi soto) + ($4 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) =$27
Langkah 4 : Memilih Satu Tahun sebagai Tahun Basis (2011) dan Menghitung Indeks Harga Konsumen pada Setiap Tahun
2011   ($11/$11) x 100 = 100
2012   ($19/$11) x 100 = 172,72
2013   ($27/$11) x 100 = 245,45
Langkah 5 : Menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Menghitung Laju Inflasi dari Tahun Sebelumnya
2012   (172,71 – 100)/100X100 = 72,71%
2013   (245,45 – 172,71)/172,71X100 = 42,11%

B.     Masalah – masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup
Target dari indeks harga konsumen adalah mengukur perubahan – perubahan pada biaya hidup. Dengan kata lain , indeks harga konsumen mencoba untuk mengukur berapa banyak penghasilan yang harus dinaikkan guna memelihara standar hidup yang konstan. Namun, indeks harga konsumen bukanlah ukuran biaya hidup yang sempurna. Tiga permasalahan dengan indeks sudah diketahui dengan luas tetapi masih sulit dipecahkan.
Permasalahan pertama disebut dengan bias subtitusi. Ketika harga – harga berubah dari satu tahun ke tahun yang lain, harga – harga tersebut tidak berubah secara seimbang. Ada harga yang naik lebih tinggi dari harga – harga lainnya. Konsumen merespon perubahan harga yang berbeda ini dengan membeli lebih sedikit barang – barang yang harganya naik tinggi dan membeli barang – barang yang harganya naik sedikit bahkan yang harganya mungkin turun. Dengan kata lain, konsumen beralih pada barang – barang yang relative tidak mahal. Jika indeks harga dihitung dengan mengasumsikan keranjang harga tetap, indeks harga ini menghilangkan kemungkinan subtitusi (atau penggantian) yang dilakukan oleh konsumen sehingga terlalu melebih – lebihkan kenaikan biaya hidup dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Anggaplah bahwa dalam tahun basis, mangga lebih murah daripada nanas. Akibatnya konsumen membeli lebih banyak mangga daripada nanas. Ketika Departemen Statistika menyusun keranjang barang, departemen ini akan menyertakan lebih banyak mangga daripada nans. Anggaplah nanas lebih murah daripada mangga. Konsumen secara otomatis akan merespons perubahan harga ini dengan membeli lebih banyak nanas dan lebih sedikit mangga. Namun, ketika menghitung indeks harga konsumen, para ahli statistika menggunakan keranjang tetap yang esensinya mengasumsi bahwa konsumen akan terus membeli mangga yang sekarang sedang mahal dalam jumlah yang sama sebagaimana sebelumya. Karena alas an ini, indeks ini akan mengukur kenaikan yang jauh lebih besar pada biaya hidup daripada yang sebenarnya dialami oleh para konsumen.
Permasalahan kedua dengan indeks harga konsumen adalah munculnya batrang – barang yang baru. Ketika barang baru diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak yang dapat mereka pilih. Ragam produk yang lebih besar, pada gilirannya, akan membuat uang lebih bernilai, sehingga konsumen membutuhkan uang lebih sedikit untuk memelihara standar hidup yang ada. Namun, karena indeks harga konsumen didasarkan pada keranjang tetap barang dan jasa, indeks harga konsumen tidak mencerminkan perubahan pada daya beli uang ini.
Contoh , ketika telepon genggam diperkenalkan, konsumen dapat menelpon keluarga dan teman. Jika dibandingkan dengan menelpon dari telepon umum , menelpon keluarga dan teman dari telepon genggam lebih nyaman dan biayanya lebih murah. Indeks biaya hidup yang sempurna akan mencerminkan pengenalan telepon genggam dengan penurunan biaya hidup. Namun, indeks harga konsumen tidak berkurang dalam responnya terhadap pengenalan telepon genggam. Pada akhirnya, para ahli statistika membalikkan keranjang barang untuk menyertakan telepon genggam. Indeks ini kemudian mencerminkan perubahan pada harga telepon genggam. Namun, pengurangan pada biaya hidup yang berhubungan dengan pengenalan awal telepon genggam tidak pernah muncul dalam indeks.
Permasalahan ketiga dengan indeks harga konsumen adalah perubahan kualitas yang tidak terukur. Jika kualitas barang memburuk dari satu tahu ke tahun berikutnya, nilai uang jatuh, bahkan jika harga barang tetap sama. Begitu pun juga, jika kualitas naik dari satu tahun ke tahun berikutnya, nilai uang akan naik. Pakar statistika membuat penjelasan untuk perubahan kualitas ini sebisa mungkin. Ketiak kualitas barang di keranjang beruba, misalnya ketika sebuah model mobil memiliki tenaga kuda lebih besar atau mengkonsumsi bensin lebih hemat dari satu tahun ke tahun berikutnya. Pakar statistika akan menyesuaikan harga barang untuk menjelaskan perubahan kualitas. Pada dasarnya, pakar statistika mencoba untuk menghitung harga keranjang barang yang kualitasnya konstan. Meskipun usaha yang dilakukan pakar statistik sudah sangat besar, perubahan – perubahan pada kualitas masihlah merupakan masalah karena kualitas sangat sulit diukur.
Masih banyak perdebatan antara para pakar ekonomi tentang seberapa besar permasalahan pengukuran ini dan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Beberapa ekonom meyakini bahwa harga indeks harga konsumen mungkin terlalu melebihkan inflasi setidaknya dengan 1 poin persentase setiap tahunnya. Dalam merespon kritik ini, para ahli statistik telah menerapkan beberapa perubahan teknis untuk memperbaiki IHK, banyak ekonom yang meyakini bawa bias ini sekarang hanya sekitar setengah dare persentase sebelumnya. Persoalan ini penting karena banyak program pemerintah menggunakan indeks harga konsumen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tingkat harga keseluruhan.

C.     Deflator PDB versus Indeks Harga Konsumen
Deflator PDB adalah perbandingan PDB nominal dengan PDB sebenarnya. Karena PDB nominal adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga saat ini dan PDB sebenarnya adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga tahun basis, deflator  PDB mencerminkan tingkat harga saat ini yang berhubungan dengan tingkat harga pada tahun basis.
Pakar ekonomi dan pemangku kebijakan mengawasi deflator PDB dan indeks harga konsumen untuk mengukur seberapa cepat harga naik. Biasanya, kedua statistika ini menunjukkan hal yang sama. Namun, ada dua perbedaan penting yang dapat membuat keduanya berbeda.
Perbedaan pertama adalah deflator PDB mencerminkan harga semua barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri, sedangkan indeks harga konsumen mencerminkan harga semua barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Misalnya, anggaplah bahwa kendaraan lapis baja yang diproduksi oleh pemanufaktur local dan dijual ke angkatan bersenjata harganya naik. Meskipun kendaraan ini adalah bagian dari PDB, kendaraan ini bukanlah bagian dari keranjang barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen biasa. Oleh karena itu, kenaikan harga ini muncul di deflator PDB, tetapi bukan di indeks harga konsumen.
Perbedaan pertama antara indeks harga konsumen dan deflator PDB akan terasa pentingnya ketika harga minyak berubah dan suatu Negara benar – benar tergantung pada minyak impor untuk memenuhi kebutuhan energinya. Akibatnya, minyak dan produk miyak seperti bensin dan minyak terdiri atas bagian belanja konsumen yang jauh lebih besar daripada bagian PDB. Ketiak harga minyak naik, indeks harga konsumen naik lebih banyak daripada deflator PDB.
Perbedaan kedua dan yang lebih tidak kentara antara deflator PDB dan indeks harga konsumen berhubungan dengan bagaimana beragam harga ketimbang untuk menghasilakan sebuah angka untuk tingkat harga keseluruhan. Indeks harga konsumen membandingkan harga keranjanag tetap barang dan jasa dengan harga harga keranjang pada tahun basis. Para ahli statisrik hanya sesekali saja mengubah keranjang barang ini. Sebaliknya, deflator PDB membandingkan harga barang dan jasa yang sekarang ini diproduksi dengan harga barang dan jasa yang sama pada taun basis. Oleh karena itu, kelompik barang dan jasa yang digunakan untuk menghitung deflator PDB berubah secara otomatis sepanjang waktu. Perbedaanya tidak penting ketika semua harga berubah dalam jumlah yang beragam, cara kita menimbang harga – harga yang beragam ini akan berarti penting bagi laju inflasi kesel

Tujuan mengukur tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian adalah melakukan perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu yang berbeda. Setelah mengetahui bagaimana indeks harga dihitung, indeks tersebut dapat digunakan untuk membandingkan pendapatan dari masa lalu dengan pendapatan saat ini.



D.    Nilai Uang dari Waktu ke Waktu
Misalkan ada seorang pegawai Bank yang bernama Suni yang memiliki upah senilai Rp 200.000 pada tahun 1995 akan dibandingkan dengan upah pegawai Bank yg bernama Ita pada tahun ini (2014) yang sebesar Rp 3.000.000, hal ini secara spontan akan menimbulkan pendapat bahwa penghasilan Ita sebagai pegawai Bank saat ini mempunyai gaji/upah yang sangat besar dan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan upah Suni pada tahun 1995.
Namun bila diperhitungkan lagi kita mengetahui banyak barang dan jasa yang ada di Indonesia semakin meningkat seiring berjalannya waktu atau disebut inflasi, maka untuk membandingkan dan menghitungnya kita harus mengetahui tingkat harga tahun 1995 dan tingkat harga tahun sekarang 2014. Untuk membandingkan upah Suni tahun 1995 dengan upah Ita tahun 2014 maka kita harus menghitung inflasi upah tahun 1995 untuk mengubah nilai rupiah pada tahun 1995 ke dalam nilai rupiah tahun ini 2014.
Misalkan statistik menunjukkan Indeks Harga Konsumen pada tahun 1995 adalah 8,2 dan tingkat harga pada tahun 2014 ini adalah 90. Maka, dapat dihasilkan tingkat harga keseluruhan naik sebesar  = 10,976. Dari data-data tersebut kita dapat mengukur bagaimana upah Suni pada tahun 2014.
Upah Suni dalam rupiah tahun 2014 = Upah pada tahun 1995 x
                            = Rp 200.000 x
                            = Rp 2.195.122
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa upah yang di dapatkan oleh Suni pada tahun 1995 setara dengan upah saat ini Rp 2.195.122. Dengan upah itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan upah yang diperoleh Ita pada tahun ini yaitu sebesar 3.000.000.


E.     Indeksasi
            Ideksasi merupakan penyesuaian otomatis dari jumlah uang yang ada dengan dampak inflasi oleh undang-undang atau kontrak. Biasanya perusahaan menyertakan indeksasi upah yang parsial atau yang lengkap pada indeks harga konsumen. Ketetapan ini disebut sebagai   Tunjangan Biaya Hidup dan secara otomatis meningkatkan upah ketika indeks harga konsumen naik.
            Indeksasi juga merupakan bagian dari berbagai undang-undang, misalnya pension dapat disesuaikan setiap tahun untuk mengkompensasi manula terhadap harga-harga yang naik. Kelompok pajak penghasilan-level penghasilan dimana tariff pajak berubah-juga dapat diindeksasi dengan inflasi.

F.      Suku Bunga Nominal dan Riil
*      Suku Bunga Nominal ( Nominal Interest Rate)
Suku Bunga Nominal adalah Suku bunga sebagaimana biasa diberitakan tanpa disesuaikan dengan dampak inflasi.
*      Suku Bunga Riil ( Real Interest Rate)
Suku Bunga Riil adalah Suku bunga yang disesuaikan dengan dampak inflasi.

Ketika kita menabung di Bank maka kita akan mendapatkan bunga dari Bank, dan sebaliknya jika kita meminjam uang dari Bank maka kita harus membayar bunga pinjaman kita. Suku bunga selalu melibatkan pembandingan jumlah uang pada masa waktu yang berbeda, dan kita harus mengetahui bagaimana menyesuaikannya dalam dampak inflasi.



Contoh :
Seorang mahasiswa bernama Tono menabung pada Bank ABC sebesar Rp 20.000.000, pada Bank ABC memberikan bunga sebesar 5 % setiap tahunnya. Berarti pada tahun berikutnya Tono memiliki bunga sebesar Rp 1.000.000. Dengan demikian uang yang terkumpul dari tabungan Tono adalah Rp 21.000.000. namun seiring dengan berjalannya waktu, harga pada saat itu juga naik. Meskipun jumlah tabungan Tono lebih banyak karena adanya bunga, namun karena harga naik hal itu akan mengakibatkan daya beli yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu. Apabila laju inflasi sebesar 7 % maka daya beli atau jumlah barang yang dapat dibeli oleh Tono turun sebesar 2 %.
Hubungan antara Suku Bunga Nominal dengan Suku Bunga Riil adalah sbb:
Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal – Laju Inflasi

·         Suku Bunga Riil adalah perbedaan antara Suku Bunga Nominal dengan Laju Inflasi.
·         Suku bunga nominal menunjukkan seberapa cepat jumlah rupiah di rekening bank kita naik sepanjang waktu.
·         Suku Bunga Riil menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening bank kita naik sepanjang waktu.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Indeks harga konsumen menunjukkan biaya keranjang barang dan jasa yang berhubungan dengan biaya keranjang yang sama pada tahun basis. Indeks ini digunakan untuk mengukur keseluruhan tingkat harga dalam perekonomian. Perubahan persentase pada indeks harga konsumen mengukur laju inflasi harga konsumen mengukur laju inflasi.

Indeks harga konsumen adalah ukuran tidak sempurna dari biaya hidup nerdasarkan tiga alas an. Pertama, indeks ini tidak menjelaskan kesanggupan konsumen untuk beralih pada barang – barang yang menjadi relative lebih murah sepanjang waktu. Kedua, indeks ini tidak menjelaskan kenaikan pada daya beli uang karena adanya pengenalan barang – barang baru. Ketiga, indeks ini mengabaikan perubahan yang tidak terukur pada kualitas barang dan jasa . Akibat permasalah – permasalahan pengukuran ini, indeks harga konsumen melebihkan angka inflasi yang sebenarnya.

Artikel Terkait

Perhitungan Biaya Hidup
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email