BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada 1968, George Best, European
Footballer of the Year termuda dan pemenang the European Cup bersama Manchester
United pada tahun yang sama, memperoleh 150 pound Inggris per minggu atau
sekitar 293 dolar AS. Pada yang sama, George Best dianggap sebagai bintang dan
orang yang berpenghasilan baik jika dibandingkan dengan pemain – pemain sepak
bola profesonal sesamanya.
Kini, pemain bola rata – rata di
Liga Premier Inggris memperoleh pendapatan jauh lebih banyak daripada yang
diperoleh George Best pada 1968. Ryan Giggs, yang sekarang ini merupakan pemain
yang paling lama bermain di Manchester United dan yang juga memenangkan the
European Cup bersama MU pada 1999, memperoleh pendapatan sebesar 75.000 pound
(US$38.462) pada 2004 atau 131 kali lebih banyak dari yang diperoleh George
Best pada 1968. Pada awalnya, fakta ini mungkin membuat kita berfikir bahwa
sepak bola telah menjadi semakin menguntungkan selama empat decade terakhir.
Namun, sebagaimana yang diketahui oleh semua orang, harga – harga barang dan
jasa juga telah naik selama ini. Pada 1968, harga karcis minimum untuk menonton
tim kesayangan kita di Liga Sepak Bola Inggris kira – kira sebesar satu dolar
AS. Untuk menonton Manchester United, kita sekarang harus membayar antara 59
dan 98 dolar AS. Karena harga – harga jauh lebih rendah pada era George Best
daripada harga – harga pada masa kita sekarang, tidaklah jelas apakah George
Best mengalami standar hidup yang lebih tinggi ataukah lebih rendah
dibandingkan dengan pemain – pemain bola hari ini.
Sebelumnya, kita telah melihat
bagaimana pakar ekonomi menggunakan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic
Product—GNP) untuk mengukur jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh
perekonomIan. Pada bab ini pakar ekonomi mengkaji bagaimana mengukur
keseluruhan biaya hidup. Untuk membandingkan upah George Best sebesar US$975
dengan upah – upah yang diterima pada masa sekarang ini, kita perlu mencari
semacam cara untuk menjadikan angka – angka ini menjadi ukuran daya beli yang
bermakna. Ini adalah pekerjaan ahli statistic yang disebut dengan indeks harga
konsumsi(IHK – consumer price index, [CPI’]). Setelah melihat bagaimana indeks
harga konsumen dibentuk, kita akan membahas bagaimana kita dapat menggunakan
indeks harga ini untuk membandingkan angka dolar dari masa – masa waktu yang
berbeda.
Indeks harga konsumen digunakan
untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu. Ketika indeks
harga konsumen naik, keluarga biasa harus menghabiskan pengeluaran yang lebih
banyak untuk menjaga standar hidup yang sama. Pakar ekonomi menggunakan istilah
inflasi untuk menggambarkan istilah
situasi saat tingkat harga perekonomian secara keseluruhan meningkat.
Laju inflasi adalah perubahan persentase pada tingkat harga dari periode
sebelumnya.
B. Rumusan
Masalah
a. Apa pengertian dari Indeks Harga Konsumen ?
b. Bagaimana masalah – masalah dalam perhitungan biaya
hidup ?
c. Bagaimana perbedaan deflator PDB versus Indeks Hrga
Konsumsi ?
d. Bagaimana nilai uang dari waktu ke waktu ?
e. Apa pengertian dari indeksasi ?
f.
Apa
perbedaan dari bunga nominal dan bunga riil ?
C. Tujuan
a.
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Teori Ekonomi, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuaan, Universitas
Sebelas Maret.
b.
Untuk menegtahui pengertian
dari Indeks Harga Konsumen
c.
Untuk mengetahui masalah
– masalah dalam perhitungan biaya hidup
d.
Untuk mengetahui perbedaan
deflator PDB versus Indeks Hrga Konsumsi
e.
Untuk mengetahui nilai
uang dari waktu ke waktu
f.
Untuk mengetahui pengertian
dari indeksasi
g.
Untuk mengetahui
perbedaan dari bunga nominal dan bunga riil
BAB
II
ISI
A. Indeks
Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK –
consumer price index [CPI]) adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa
yang dibeli konsumen. Ahli statistik pemerintah secara rutin menghitung dabn
melaporkan indeks harga konsumen. Pada bagian ini, kita akan membahas begaimana
indeks harga konsumen dihitung dan permasalahan – permasalahan apa yang muncul
dalam pengukurannya.
Bagaimana Menghitung Indeks Harga Konsumen
Ketika menghitung indeks harga
konsumen dan laju inflasi, Departemen Statistika menggunakan data tentang harga
- harga barang dan jasa. Untuk melihat dengan tepat bagaimana statistika ini
dibangun, kita lihat sebuah ekonomi sederhana dimana konsumen hanya membeli dua
barang – soto dan mie ayam. Dolar AS digunakan untuk membandingkan harga.
1. Tentukan
isi keranjangnya, Langkah pertama dalam
menghitung indeks harga konsumen adalah menentukan harga – harga mana yang
paling penting bagi konsumen tertentu. Jika konsumen tersebut membeli lebih
banyak soto daripada mie ayam maka harga soto lebih lebih penting daripada
harga mie ayam, sehingga harus diberikan bobot dalam biaya hidup.
2. Tentukan
harga – harganya. Langkah kedua dalam menghitung indeks harga konsumen adalah
menemukan harga setiap harga barang dan jasa dalam keranjang untuk setiap masa
waktu.
3. Menghitung
harga seluruh isi keranjang, Langkah ketiga adalah menggunakan data harga –
harga untuk menghitung jumlah harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa
dari waktu ke waktu.
4. Memilih
tahun basis dan menghitung indeksnya. Langkah keempat adalah memilih satu tahun
sebagai tahun basis yang merupakan tolak ukur yang menjadi bandingan tahun –
tahun lainnya. Untuk menghitung indeksnya, harga keranjang barang dan jasa
untuk setiap tahun dibagi dengan harga keranjang pada tahun basis. Perbandingan
ini kemudian dikalikan 100. Angka hasilnya adalah indeks harga konsumen.
5. Menghitung
laju inflasi. Langkah keliama dan langkah terakhir adalah menggunakan indeks
harga konsumen untuk menhitung laju inflasi (inflation rate) yang merupakan
perubahan persentase pada indeks harga dari periode sebelumnya, yaitu laju
inflasi antara dua tahun yang berurutan dihitung sebagai berikut :
Laju inflasi pada tahun
ke 2 =
x
100
Tabel ini menunjukkan bagaimana dalam
menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi untuk perekonomian dimana
konsumen hanya membeli soto dan mie ayam
Langkah
1 : Menyurvei Konsumen untuk Menentukan Keranjang Tetap Harga
5 Soto, 3 Mie Ayam
Langkah
2 : Mnecari Harga Setiap Barang pada Setiap Tahun
Tahun
Harga Soto Harga
Mie Ayam
2011 1 2
2012 2 3
2013 3 4
Langkah
3 : Menghitung Biaya Keranjang Barang pada Setiap Tahun
2011 ($1 porsi soto x 5 porsi soto) + ($2 porsi mie ayam x 3 porsi mie
ayam) = $11
2012 ($2 porsi soto x 5 porsi soto) + ($3 porsi mie ayam x 3 porsi mie
ayam) = $19
2013 ($3 porsi soto x 5 porsi soto) + ($4 porsi mie ayam x 3 porsi mie
ayam) =$27
Langkah
4 : Memilih Satu Tahun sebagai Tahun Basis (2011)
dan Menghitung Indeks Harga Konsumen pada Setiap Tahun
2011 ($11/$11) x 100 = 100
2012 ($19/$11) x 100 = 172,72
2013 ($27/$11) x 100 = 245,45
Langkah
5 : Menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Menghitung Laju Inflasi dari Tahun
Sebelumnya
2012 (172,71 – 100)/100X100 = 72,71%
2013 (245,45 – 172,71)/172,71X100 = 42,11%
B. Masalah
– masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup
Target dari indeks harga konsumen adalah
mengukur perubahan – perubahan pada biaya hidup. Dengan kata lain , indeks
harga konsumen mencoba untuk mengukur berapa banyak penghasilan yang harus
dinaikkan guna memelihara standar hidup yang konstan. Namun, indeks harga
konsumen bukanlah ukuran biaya hidup yang sempurna. Tiga permasalahan dengan
indeks sudah diketahui dengan luas tetapi masih sulit dipecahkan.
Permasalahan pertama disebut dengan bias
subtitusi. Ketika harga – harga berubah dari satu tahun ke tahun yang lain,
harga – harga tersebut tidak berubah secara seimbang. Ada harga yang naik lebih
tinggi dari harga – harga lainnya. Konsumen merespon perubahan harga yang
berbeda ini dengan membeli lebih sedikit barang – barang yang harganya naik
tinggi dan membeli barang – barang yang harganya naik sedikit bahkan yang
harganya mungkin turun. Dengan kata lain, konsumen beralih pada barang – barang
yang relative tidak mahal. Jika indeks harga dihitung dengan mengasumsikan
keranjang harga tetap, indeks harga ini menghilangkan kemungkinan subtitusi (atau
penggantian) yang dilakukan oleh konsumen sehingga terlalu melebih – lebihkan
kenaikan biaya hidup dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Anggaplah bahwa dalam tahun basis,
mangga lebih murah daripada nanas. Akibatnya konsumen membeli lebih banyak
mangga daripada nanas. Ketika Departemen Statistika menyusun keranjang barang,
departemen ini akan menyertakan lebih banyak mangga daripada nans. Anggaplah
nanas lebih murah daripada mangga. Konsumen secara otomatis akan merespons
perubahan harga ini dengan membeli lebih banyak nanas dan lebih sedikit mangga.
Namun, ketika menghitung indeks harga konsumen, para ahli statistika
menggunakan keranjang tetap yang esensinya mengasumsi bahwa konsumen akan terus
membeli mangga yang sekarang sedang mahal dalam jumlah yang sama sebagaimana
sebelumya. Karena alas an ini, indeks ini akan mengukur kenaikan yang jauh
lebih besar pada biaya hidup daripada yang sebenarnya dialami oleh para
konsumen.
Permasalahan kedua dengan indeks harga
konsumen adalah munculnya batrang – barang yang baru. Ketika barang baru
diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak yang dapat mereka
pilih. Ragam produk yang lebih besar, pada gilirannya, akan membuat uang lebih
bernilai, sehingga konsumen membutuhkan uang lebih sedikit untuk memelihara
standar hidup yang ada. Namun, karena indeks harga konsumen didasarkan pada
keranjang tetap barang dan jasa, indeks harga konsumen tidak mencerminkan
perubahan pada daya beli uang ini.
Contoh , ketika telepon genggam
diperkenalkan, konsumen dapat menelpon keluarga dan teman. Jika dibandingkan
dengan menelpon dari telepon umum , menelpon keluarga dan teman dari telepon
genggam lebih nyaman dan biayanya lebih murah. Indeks biaya hidup yang sempurna
akan mencerminkan pengenalan telepon genggam dengan penurunan biaya hidup.
Namun, indeks harga konsumen tidak berkurang dalam responnya terhadap
pengenalan telepon genggam. Pada akhirnya, para ahli statistika membalikkan
keranjang barang untuk menyertakan telepon genggam. Indeks ini kemudian
mencerminkan perubahan pada harga telepon genggam. Namun, pengurangan pada
biaya hidup yang berhubungan dengan pengenalan awal telepon genggam tidak
pernah muncul dalam indeks.
Permasalahan ketiga dengan indeks harga
konsumen adalah perubahan kualitas yang tidak terukur. Jika kualitas barang
memburuk dari satu tahu ke tahun berikutnya, nilai uang jatuh, bahkan jika
harga barang tetap sama. Begitu pun juga, jika kualitas naik dari satu tahun ke
tahun berikutnya, nilai uang akan naik. Pakar statistika membuat penjelasan
untuk perubahan kualitas ini sebisa mungkin. Ketiak kualitas barang di
keranjang beruba, misalnya ketika sebuah model mobil memiliki tenaga kuda lebih
besar atau mengkonsumsi bensin lebih hemat dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Pakar statistika akan menyesuaikan harga barang untuk menjelaskan perubahan
kualitas. Pada dasarnya, pakar statistika mencoba untuk menghitung harga
keranjang barang yang kualitasnya konstan. Meskipun usaha yang dilakukan pakar
statistik sudah sangat besar, perubahan – perubahan pada kualitas masihlah
merupakan masalah karena kualitas sangat sulit diukur.
Masih
banyak perdebatan antara para pakar ekonomi tentang seberapa besar permasalahan
pengukuran ini dan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Beberapa
ekonom meyakini bahwa harga indeks harga konsumen mungkin terlalu melebihkan
inflasi setidaknya dengan 1 poin persentase setiap tahunnya. Dalam merespon
kritik ini, para ahli statistik telah menerapkan beberapa perubahan teknis
untuk memperbaiki IHK, banyak ekonom yang meyakini bawa bias ini sekarang hanya
sekitar setengah dare persentase sebelumnya. Persoalan ini penting karena
banyak program pemerintah menggunakan indeks harga konsumen untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan tingkat harga keseluruhan.
C. Deflator
PDB versus Indeks Harga Konsumen
Deflator PDB adalah perbandingan PDB
nominal dengan PDB sebenarnya. Karena PDB nominal adalah hasil saat ini yang
dinilai pada harga saat ini dan PDB sebenarnya adalah hasil saat ini yang
dinilai pada harga tahun basis, deflator
PDB mencerminkan tingkat harga saat ini yang berhubungan dengan tingkat
harga pada tahun basis.
Pakar ekonomi dan pemangku kebijakan
mengawasi deflator PDB dan indeks harga konsumen untuk mengukur seberapa cepat
harga naik. Biasanya, kedua statistika ini menunjukkan hal yang sama. Namun,
ada dua perbedaan penting yang dapat membuat keduanya berbeda.
Perbedaan pertama adalah deflator PDB
mencerminkan harga semua barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri,
sedangkan indeks harga konsumen mencerminkan harga semua barang dan jasa yang
dibeli oleh konsumen. Misalnya, anggaplah bahwa kendaraan lapis baja yang
diproduksi oleh pemanufaktur local dan dijual ke angkatan bersenjata harganya
naik. Meskipun kendaraan ini adalah bagian dari PDB, kendaraan ini bukanlah bagian
dari keranjang barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen biasa. Oleh karena
itu, kenaikan harga ini muncul di deflator PDB, tetapi bukan di indeks harga
konsumen.
Perbedaan pertama antara indeks harga
konsumen dan deflator PDB akan terasa pentingnya ketika harga minyak berubah
dan suatu Negara benar – benar tergantung pada minyak impor untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Akibatnya, minyak dan produk miyak seperti bensin dan
minyak terdiri atas bagian belanja konsumen yang jauh lebih besar daripada bagian
PDB. Ketiak harga minyak naik, indeks harga konsumen naik lebih banyak daripada
deflator PDB.
Perbedaan kedua dan yang lebih tidak
kentara antara deflator PDB dan indeks harga konsumen berhubungan dengan
bagaimana beragam harga ketimbang untuk menghasilakan sebuah angka untuk
tingkat harga keseluruhan. Indeks harga konsumen membandingkan harga keranjanag
tetap barang dan jasa dengan harga harga keranjang pada tahun basis. Para ahli
statisrik hanya sesekali saja mengubah keranjang barang ini. Sebaliknya, deflator
PDB membandingkan harga barang dan jasa yang sekarang ini diproduksi dengan
harga barang dan jasa yang sama pada taun basis. Oleh karena itu, kelompik
barang dan jasa yang digunakan untuk menghitung deflator PDB berubah secara
otomatis sepanjang waktu. Perbedaanya tidak penting ketika semua harga berubah
dalam jumlah yang beragam, cara kita menimbang harga – harga yang beragam ini
akan berarti penting bagi laju inflasi kesel
Tujuan mengukur tingkat harga keseluruhan dalam
perekonomian adalah melakukan perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu
yang berbeda. Setelah mengetahui bagaimana indeks harga dihitung, indeks
tersebut dapat digunakan untuk membandingkan pendapatan dari masa lalu dengan
pendapatan saat ini.
D.
Nilai Uang dari Waktu ke Waktu
Misalkan ada seorang pegawai Bank yang bernama Suni
yang memiliki upah senilai Rp 200.000 pada tahun 1995 akan dibandingkan dengan
upah pegawai Bank yg bernama Ita pada tahun ini (2014) yang sebesar Rp
3.000.000, hal ini secara spontan akan menimbulkan pendapat bahwa penghasilan
Ita sebagai pegawai Bank saat ini mempunyai gaji/upah yang sangat besar dan
lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan upah Suni pada tahun 1995.
Namun bila diperhitungkan lagi kita mengetahui
banyak barang dan jasa yang ada di Indonesia semakin meningkat seiring
berjalannya waktu atau disebut inflasi, maka untuk membandingkan dan
menghitungnya kita harus mengetahui tingkat harga tahun 1995 dan tingkat harga
tahun sekarang 2014. Untuk membandingkan upah Suni tahun 1995 dengan upah Ita
tahun 2014 maka kita harus menghitung inflasi upah tahun 1995 untuk mengubah
nilai rupiah pada tahun 1995 ke dalam nilai rupiah tahun ini 2014.
Misalkan statistik
menunjukkan Indeks Harga Konsumen pada tahun 1995 adalah 8,2 dan tingkat harga
pada tahun 2014 ini adalah 90. Maka, dapat dihasilkan tingkat harga keseluruhan
naik sebesar
=
10,976. Dari data-data tersebut kita dapat mengukur bagaimana upah Suni pada
tahun 2014.
Upah
Suni dalam rupiah tahun 2014 = Upah pada tahun 1995 x
= Rp
200.000 x
=
Rp 2.195.122
Dengan demikian dapat disimpulakan
bahwa upah yang di dapatkan oleh Suni pada tahun 1995 setara dengan upah saat
ini Rp 2.195.122. Dengan upah itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
upah yang diperoleh Ita pada tahun ini yaitu sebesar 3.000.000.
E.
Indeksasi
Ideksasi
merupakan penyesuaian otomatis dari jumlah uang yang ada dengan dampak inflasi
oleh undang-undang atau kontrak. Biasanya perusahaan menyertakan indeksasi upah
yang parsial atau yang lengkap pada indeks harga konsumen. Ketetapan ini
disebut sebagai Tunjangan Biaya Hidup
dan secara otomatis meningkatkan upah ketika indeks harga konsumen naik.
Indeksasi
juga merupakan bagian dari berbagai undang-undang, misalnya pension dapat
disesuaikan setiap tahun untuk mengkompensasi manula terhadap harga-harga yang
naik. Kelompok pajak penghasilan-level penghasilan dimana tariff pajak
berubah-juga dapat diindeksasi dengan inflasi.
F.
Suku Bunga Nominal dan Riil
Suku Bunga Nominal (
Nominal Interest Rate)
Suku Bunga Nominal adalah Suku bunga sebagaimana
biasa diberitakan tanpa disesuaikan dengan dampak inflasi.
Suku Bunga Riil ( Real
Interest Rate)
Suku Bunga Riil adalah Suku bunga yang
disesuaikan dengan dampak inflasi.
Ketika kita menabung di Bank maka kita
akan mendapatkan bunga dari Bank, dan sebaliknya jika kita meminjam uang dari
Bank maka kita harus membayar bunga pinjaman kita. Suku bunga selalu melibatkan
pembandingan jumlah uang pada masa waktu yang berbeda, dan kita harus
mengetahui bagaimana menyesuaikannya dalam dampak inflasi.
Contoh :
Seorang mahasiswa bernama Tono menabung
pada Bank ABC sebesar Rp 20.000.000, pada Bank ABC memberikan bunga sebesar 5 %
setiap tahunnya. Berarti pada tahun berikutnya Tono memiliki bunga sebesar Rp
1.000.000. Dengan demikian uang yang terkumpul dari tabungan Tono adalah Rp
21.000.000. namun seiring dengan berjalannya waktu, harga pada saat itu juga
naik. Meskipun jumlah tabungan Tono lebih banyak karena adanya bunga, namun
karena harga naik hal itu akan mengakibatkan daya beli yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan tahun lalu. Apabila laju inflasi sebesar 7 % maka daya beli
atau jumlah barang yang dapat dibeli oleh Tono turun sebesar 2 %.
Hubungan antara Suku Bunga Nominal
dengan Suku Bunga Riil adalah sbb:
Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal –
Laju Inflasi
·
Suku Bunga Riil adalah
perbedaan antara Suku Bunga Nominal dengan Laju Inflasi.
·
Suku bunga nominal
menunjukkan seberapa cepat jumlah rupiah di rekening bank kita naik sepanjang
waktu.
·
Suku Bunga Riil
menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening bank kita naik sepanjang waktu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indeks harga konsumen menunjukkan biaya
keranjang barang dan jasa yang berhubungan dengan biaya keranjang yang sama pada
tahun basis. Indeks ini digunakan untuk mengukur keseluruhan tingkat harga
dalam perekonomian. Perubahan persentase pada indeks harga konsumen mengukur
laju inflasi harga konsumen mengukur laju inflasi.
Indeks harga konsumen adalah ukuran
tidak sempurna dari biaya hidup nerdasarkan tiga alas an. Pertama, indeks ini
tidak menjelaskan kesanggupan konsumen untuk beralih pada barang – barang yang
menjadi relative lebih murah sepanjang waktu. Kedua, indeks ini tidak
menjelaskan kenaikan pada daya beli uang karena adanya pengenalan barang –
barang baru. Ketiga, indeks ini mengabaikan perubahan yang tidak terukur pada
kualitas barang dan jasa . Akibat permasalah – permasalahan pengukuran ini,
indeks harga konsumen melebihkan angka inflasi yang sebenarnya.
Perhitungan Biaya Hidup
4/
5
Oleh
Septian Arino